Sepeda Onthel Pemberian Bapak
Inilah
sepeda tua, jelek, dan karatan yang pernah dipakai saya selama kuliah. Mungkin
saya satu-satunya mahasiswa yang memakai sepeda onthel di kampus. Sepeda onthel
pinjaman ayah yang dibawa dari kampung halaman saya ini bermek Gazelle,
bernomor seri tahun 1924, buatan Belanda. Perawatannya cukup digosok dengan
semir dan melumaskan rantainya dengan oli. Pada zaman penjajahan Belanda sepeda
ini termasuk kendaraan mewah milik bangsawan pribumi atau kompeni.
Sadelnya terbuat dari kulit, remnya tromol, bannya swallow warna putih,
dan lampunya dynamo. Sepeda ini bukan warisan kakek tetapi ayah
mendapatkannya dari onggokan rongsok besi tua. Ayah saya memang mempunyai hobi
unik yaitu merakit sepeda-sepeda tua. Sebenarnya beliau mempunyai hobi sepeda
sejak masa kuliah di Jogja pada era tahun ‘70-an. Kata Ayah, pada masa kuliah,
beliau sering jalan-jalan di pasar sepeda sekedar melihat-lihat berbagai macam
sepeda kuno. Pengalamannya di masa kuliah ini menjadikannya jeli untuk
mengidentifikasi berbagai jenis sepeda onthel. Ada berbagai macam sepeda onthel
yang langka menurutnya diantaranya merk Gazelle, Humber, Batavus, Raleigh,
Fongers, Simplex, Hercules, dll. Hobinya terhadap sepeda ternyata menular
kepada saya sebagai anaknya.
Foto model: Teman Kuliah |
Uniknya Sepeda Onthel
Kembali
lagi ke kisah sepeda tumpakan kuliah saya. Ada kenikmatan dan
seni tersendiri ketika menaiki sepeda ini. Rodanya yang lebar sebesar roda
becak menjadikan kaki tidak cepat lelah karena sekali mengayuh sama dengan 2-3
kayuhan sepeda biasa. Selain itu, sadelnya yang ditumpu oleh per menjadikannya
terasa empuk. Namun, repotnya ketika menaiki tanjakan, mau tidak mau harus
menuntunnya. Sepeda ini cukup berbahaya karena posturnya yang tinggi dan
remnya yang blong sehingga kaki harus selalu waspada untuk
mengerem (menginjak ban/menumpu pada tanah). Paling berbayaha adalah ketika
saya menuruni tanjakan karena terkadang kaki tidak mampu untuk menahan laju
sepeda. Tak heran beberapa kecelakaan pernah saya alami. Pertama
menabrak mobil dan menabrak tembok rumah tetangga. Sebenarnya saya pernah
mencoba untuk memperbaiki sendiri rem yang blong. Namun, apa daya
peralatan yang sederhana hanya dengan sebuah tang dan kunci tak mampu
mengembalikan fungsinya dengan baik. Dugaan saya per dan karet tromol
yang aus seharusnya diganti tetapi di zaman sekarang sulit menemukan
onderdil-onderdil tua. Hobi sepeda onthel ini mempertemukan saya dengan
orang-orang yang mempunyai hobi yang sama. Secara tidak sengaja saat bersepeda
mengelilingi Bintaro ternyata ada beberapa orang yang “nongkrong” memajang
sepeda onthel mereka di Bunderan sector 9 Bintaro. Akhirnya saya mencoba untuk
sekedar bersilaturahim dan bercengkerama dengan bapak-bapak penggemar sepeda
ini yang berlatar belakang berbeda mulai dari guru, sopir taksi, konsultan
hukum, dan sayalah orang yang paling muda di antara mereka. Setiap sepeda
yang mereka miliki ternyata punya kisah tersendiri ada yang warisan, ada yang
pemberian hadiah, dan ada yang hasil meng-hunting.
Riwayat Akhir Sepeda Onthel Gazelle
Kenikmatan
mengayuh sepeda menjadikan awal-awal saya menaiki sepeda ini tidak terbesit di
pikiran pun untuk menjualnya. Walaupun sejak awal saya membawa sepeda ini dari
kampung, ayah berpesan seandainya ada yang menawar sepeda ini untuk dibeli,
dijual saja. Merasa butuh uang dan teringat pesan ayah akhirnya saya
mencoba menjual sepeda onthel ini melalui Kaskus. Tak butuh waktu lama, beberapa
jam setelah saya meng-upload gambar dan menulis spec sepeda
ini banyak SMS yang masuk untuk menanyakan sepeda ini. Pada keesokan
harinya benar saja ada orang yang sengaja datang ke kos saya untuk melihat
langsung sepeda ini. Dia adalah seorang dosen filsafat salah satu Universitas
di Jakarta. Ketertarikan dan niatnya untuk menggunakan sepeda saat mengajar
perkuliahan melatarbelakangi mengapa dia berniat membeli sepeda ini. Katanya,
dia ingin memberi teladan kepada mahasiswanya agar membudayakan hemat BBM.
Tawar menawar pun terjadi, tadinya saya berniat menjual sepeda ini seharga 2
juta rupiah akhirnya saya menjualnya seharga 1,4 juta. Sayang sebenarnya
menjual sepeda ini karena ada kenangan tersendiri bagi saya. Setelah terjual,
Alhamdulillah ada penggantinya tetapi bukan sepeda onthel. Sepeda penggantinya
hanyalah sepeda balap tua dengan ukuran 27. Pengalaman menggunakan sepeda
menjadikan saya hobi sepeda hingga kini bahkan saya beniat untuk menaiki sepeda
ke kantor (bike to work). Salam onthelist!
Baca juga semua artikel terkait SEPEDA:
- Cara Membuat Rak Sepeda Kreatif
- Tips Memilih Hirarki Level Groupset Shimano XTR, Deore, Acera, Alivio, dan Tourney
- Teknik Cara Bersepeda yang Baik
- Bagian Komponen Part Sepeda dan Fungsinya
- Tips Membeli Sepeda Terbaik dan Nyaman
- Mengenal Jenis Sepda Gunung, Hybrid, dan Sepeda Lipat
- Manakah Bahan Frame Sepeda Paling Bagus? Chromoly, Carbon, atau Aluminium?
- Mengenal Jenis Sepeda MTB XC, Downhill, dan Dirt Jump
bagus mas, sy juga demikian
ReplyDeleteSalam kenal, mas.
DeleteMas dzikri sekarang di stan ? Aslinya banyumas ? Di stan spesialisasinya apa mas ?
ReplyDeleteSy sudah lulus tahun 2011. Asli Cilacap, spes Akuntansi.
Delete