Serayu Tempo Dulu |
- Dialek Ngapak ini berhubungan dengan asal-usul orang Banyumas yang berasal dari Kutai yang kemudian mendirikan Kerajaan Galuh Purba. Kerajaan Galuh ini berdiri sebelum kerajaan Mataram Kuna. Menurut sejarah, Kerajaan Galuh adalah wilayah merdeka. Oleh sebab itu, saat itu wilayah Galuh disebut sebagai mancanegara oleh orang-orang Kerajaan Mataram. Kemungkinan karena inilah dialek Ngapak bebas dari pengaruh dialek “Mbandhek” / Jawa Wetanan.
- Dialek Ngapak ini diindikasikan sebagai bahasa Jawa yang masih terdapat unsur Bahasa Sansekerta. “Bhineka Tunggal Ika” merupakan salah satu contoh bahasa Sansekerta dengan akhiran tetap dibaca “a” sebagaimana dialek Ngapak.
- Dialek Ngapak merupakan identitas kebudayaan suatu daerah yang bebas dari budaya feodalisme dan budaya asli yang bebas dari pengaruh rekayasa politik (Kerajaan). Hal ini dapat dilihat dari karakter khas orang Banyumas yang egaliter dan blakasuta (blak-blakan).
Berikut ini adalah detail penjelasan mengenai bahasa Ngapak.
Video Jejak Manusia Purba di Gunung Ciremai Kuningan
Video Jejak Manusia Purba di Gunung Ciremai Kuningan
Asal Usul Bahasa Ngapak
Masjid Agung Purwokerto Tempo Dulu |
Kerajaan Galuh Purba berdiri pada abad ke-1 Masehi di Gunung
Slamet dan berkembang pada abad ke-6 Masehi dengan kerajaan-kerajaan kecil
diantaranya:
- Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan.
- Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan.
- Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan.
- Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo.
- Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di bagolo.
- Kerajaan Pataka, lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka.
- Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara.
- Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong, ibukota di Karangkamulyan.
Kerajaan Galuh Purba mempunyai wilayah kekuasaan yang
lumayan luas, mulai dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu,
Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kedu, Kebumen, Kulonprogo, dan
Purwodadi.
Berdasarkan prasasti Bogor, karena pamor kerajaan Galuh
Purba menurun (kalah pamor dynasti Syailendra di Jawa Tengah yang mulai
berkembang) kemudian ibukota kerajaan Galuh Purba pindah ke Kawali (dekat
Garut) kemudian disebut Kerajaan Galuh Kawali.
Pada masa Purnawarman menjadi Raja Tarumanegara, kerajaan
Galuh Kawali menjadi kerajaan bawahan Tarumanegara. Pada saat Tarumanegara
diperintah oleh Raja Candrawarman, kerajaan Galuh Kawali kembali mendapatkan kekuasaannya
kembali. Pada masa Tarumanegara diperintah oleh Raja Tarusbawa, Wretikandayun
(raja Galuh Kawali) memisahkan diri (merdeka) dari Tarumanegara dan mendapat
dukungan dari Kerajaan Kalingga, kemudian menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat
pemerintahan Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh ini yang kemudian berkembang
menjadi Kerajaan Pajajaran di Jawa
barat.
Meskipun dalam perkembangannya Kerajaan Galuh Purba
berkembang menjadi Kerajaan besar yaitu Kalingga di Jawa Tengah dan Galuh di
Jawa Barat, hubungan keturunan Galuh Purba tetap terjalin dengan baik dan
terjadi perkawinan antar Kerajaan sehingga muncul Dinasti Sanjaya yang kemudian
mempunyai keturunan raja-raja di Jawa.
Berdasarkan kajian bahasa yang dilakukan oleh E. M
Uhlenbeck, 1964, dalam bukunya: “A Critical Survey of Studies on the Language
of Java and Madura”, The Hague: Martinus Nijhoff, bahasa yang digunakan oleh “keturunan
Galuh Purba” masuk ke dalam Rumpun Basa Jawa Bagian Kulon yang meliputi: Sub
Dialek Banten Lor, Sub Dialek Cirebon/Idramayu, Sub Dialek Tegalan, Sub Dialek
Banyuma, Sub Dialek Bumiayu. Dialek inilah yang biasa disebut dengan Bahasa
Jawa Ngapak.
(Sumber: Babad Banyumas diterjemahkan oleh http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Banyumasan)
(Sumber: Babad Banyumas diterjemahkan oleh http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Banyumasan)
Keterkaitan Banyumas dengan Kesultanan Mataram Islam (Surakarta)
Bupati Cilacap Pertama (Foto tahun 1863) |
Seiring dengan berkembangnya Kerajaan Mataram, Kadipaten-Kadipaten
di wilayah Banyumasan pun tunduk pada kekuasaan Mataram (Yogyakarta/Surakarta).
Namun, wilayah Banyumas tidak secara otomatis memasukkan wilayah Banyumas ke
dalam “lingkar dalam” kekuasaan Mataram sehingga Kadipaten-Kadipaten di wilayah
Banyumas tersebut masih memliki otonomi dan penduduk Mataram
(Yogyakarta/Surakarta) menyebut wilayah Banyumas sebagai wilayah Mancanegara
Kulon. Wilayahnya meliputi Bagelen
(Purworejo) sampai dengan Majenang (Cilacap). Hingga pada tanggal 22 Juni 1830
wilayah Banyumas dijajah Belanda, sekaligus akhir kekuasaan Mataram atas
Banyumas. Selanjutnya para Adipati di wilayah Banyumas pun tidak tunduk lagi
pada Raja Mataram tetapi dipilih oleh Gubernur Jenderal Belanda. (Sumber: http://maskurmambangr.wordpress.com/asal-mula-wong-banyumas/)
Bahasa Ngapak Representasi Budaya Egaliter
Bagong, simbol Banyumas |
Bahasa Ngapak dianggap Lucu atau Bahasa Rendahan
Karakter orang Banyumas yang
egaliter merupakan sisi positif sehingga jarang kita temui orang Banyumas yang
merendahkan/mengolok-olok bahasa atau dialek orang lain. Mungkin justru sebaliknya
karena sikap feodalisme sebagian orang Jawa menganggap dialek bahasa Jawa
Ngapak sebagai bahasa yang lucu dan rendahan. Ada pandangan stereotip yang menganggap
sebagian besar generasi muda Banyumas merasa inferior (rendah diri) ketika
menggunakan bahasa Ngapak. Hal ini bisa dilihat bagaimana bahasa yang digunakan
oleh orang Banyumas saat berinteraksi dengan orang Jawa Wetan. Kalau tidak
menyesuaikan diri dengan membandhekan ke-ngapakannya dipastikan menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan orang yang berbahasa Jawa Wetan. Menurut
saya, ini bukanlah suatu hal yang negatif tetapi sebagai bentuk adaptasi orang
Banyumas dengan orang dialek bahasa lain. Oleh sebab itu, sering saya temui
orang Banyumas di Jakarta menggunakan dialek Betawi, orang Banyumas di
Yogyakarta menggunakan dialek Mbandhek,
dan ketika bertemu dengan orang sesama Banyumas kembali menggunakan bahasa dialek
Ngapaknya. Justru suatu hal yang
buruk jika sesama orang Banyumas berdialog dengan tidak menggunakan dialek
Ngapaknya. Oleh sebab itu, saya menyarankan kepada generasi muda Banyumas untuk
melestarikan dialek Ngapak dengan menggunakan dialek Ngapaknya saat ngobrol dengan
sesama orang Banyumas. Selain itu, kepada sebagian orang yang menganggap dialek
Ngapak sebagai bahasa Lucu atau Rendahan mari kita saling menghargai kebudayaan
orang lain. (Sumber: http://kem.ami.or.id/2011/08/mempertahankan-bhineka-di-depan-tunggal-ika/).
Tonton Video Museum Purbakala
Tonton Video Museum Purbakala
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTukeran Link
ReplyDeletehttp://indoherbalis.blogspot.com/
mantap kang dzikri..tak share yaaa
ReplyDeleteMantep kiye info ne, apik postingane kang..lanjut maning. Suwuun
DeleteOleh sebab itu, sering saya temui orang Banyumas di Jakarta menggunakan dialek Betawi, orang Banyumas di Yogyakarta menggunakan dialek Mbandhek, dan ketika bertemu dengan orang sesama Banyumas kembali menggunakan bahasa dialek Ngapaknya. Justru suatu hal yang buruk jika sesama orang Banyumas berdialog dengan tidak menggunakan dialek Ngapaknya. Oleh sebab itu, saya menyarankan kepada generasi muda Banyumas untuk melestarikan dialek Ngapak dengan menggunakan dialek Ngapaknya saat ngobrol dengan sesama orang Banyumas. Selain itu, kepada sebagian orang yang menganggap dialek Ngapak sebagai bahasa Lucu atau Rendahan mari kita saling menghargai kebudayaan orang lain
ReplyDeletepokoe nek ora ngapak ora kepenak.........
ReplyDeleteWuih, mantep banget boss infone..
ReplyDeleteBen tambah keton ngapak ngonggo kaos ngapak disit klik http://dalbosayngapak.blogspot.com/
Pokoke ngapak ya jozz gandozzz seng Wong ngapax ora gelem ngomong ngapak ya dupak
ReplyDeletematur nuwun kye
ReplyDeletejan jos gandos temenan.. nembe ngerti kye ...
enyong dadi ngerti...dadine wong banyumas kuwi ya termasuk tuwa ya....mulane sih kebanyakan wong banyumas ..wong jujur2..apa anane alias blak2 an baen lah...
ReplyDeletehaha apa iya kang ?
ReplyDeletembeke ngerti nyong nek ana sejarahe kaye kiye. hahaha
Tapi apik lah, dadine ngerti nek bahasa ngapak kuwe sejarahe ora asal.
tapi ya, bahasa ngapak wong banjarnegara wetan karo kulon kuwe uwes beda maning.
Nek bahasa ngapak wong kulon kuwe, nganggo koh : iyakoh, jerelah. ndean
nek wong wetan bahasane : iya ka, jere, temenan.
nek nyong anu wong banjarnegara wetan. :D
seh, malah dadi curhat. hahaha
yang nulis ini tidak tahu sejarah. tidak ada bahsa ngapak, yang ada bahasa banyumasan dengan dialek tegal, dialeg pemalang, dialek cilacapan. ngapak berasal dari ejekan orang jawa wetan karena ketika orang banyumasan (sebelum politik regionalisasi belanda wilayah pemalang, tegal dan brebes disebut banyumas utara. setelah belanda menerapkan politik regionalisasi maka wilayah tersebut dimasukan ke dalam karesidenan pekalongan) mengucapkan ngapa, kiye dengan intonasi cepat dan tegas sehingga bagi komunitas di luar banyumas terdengar ngapak, kiyek. itu sebabnya orang banyumasan merasa malu dan rendah diri karena bahasanya dijadikan bahan ejekan. makanya bagi wong banyumas seperti saya, yang tahu sejarah, pasti menolak keras disebut sebagai wong ngapak. mari belajar lagi tentang sejarah dengan benar
ReplyDeleteKalo memang tidak ada istilah bahasa Ngapak, mana sumbernya Pak? Ini hanya istilah saja dan semua orang juga tahu.
Deletesetuju dengan om yon bayu, saya pernah baca artikel yang menentang julukan bahasa "ngapak" karena julukan ini muncul dari orang wetan, bahkan di fakultas ilmu budaya unsoed sudah ada penelitian/skripsi yang membahas tentang "dialek banyumas", tidak menggunakan istilah "ngapak" dan menjadi skripsi tertebal sampai saat ini, kalau mau tahu lebih dalam monggo silakan ke perpustakaan fakultas ilmu budaya UNSOED
DeleteBenar bahasa Banyumasan, tetapi tidak salah bahasa Ngapak, tergantung penggunaannya. Ketika "bahasa ngapak" orang sudah tahu semua, dan di SEO juga sangat bagus, dibandingkan "bahasa Banyumasan".
DeleteSebagai AdSensenizer tentu memilih kata kunci yang disukai mesin pencari, dan yang kemungkinan paling banyak dicari orang. Intinya sama, tergantung tujuan penulisan.
Nembe ngerti ana kata " BLAKASUTA " = " BLAK - BLAKAN "
ReplyDeleteSing urung ngerti kata " BLEKUTUPUK " kui artine apa ya?
Wis pernah krungu ana wong ngomong "blekutupuk", tapi ora ngerti artine jah we.
Ana sing ngerti ora?
😀😀😀
Blekethupuk=ngumpruk=nglemboni=omongane ngapusi
Delete..nek PALANGAPA artine apa ya Kang...????
DeleteNgerti ora kuwe Son?
DeleteOra ngapak ora kepenak, iya ora Son?
Deletengapak kuwe mbok dialek, ning bahasa jawa. dudu bahasa anyar
ReplyDeletehaha ,aku wong banyumas be tembe ngrti sejarahe bahasa banyumas kuwi maen banget,matur nuwun atas info nya
ReplyDeletemantep banget kiye post e Mas Dzikri.
ReplyDeleteAna sumber liane ora soal sejarah atau asal usul basa jawa banyumasan liane? link sing ngisor kae ora isa dibuka mas.. suwun.
Salam ngapak seka kebumen..
Kang yon bayu:Sekira ne beda pendapat/kesimpulan ya anu wajar.ngaran menungsa yah..juga duwe sumber/rekomendasi dewek2.tinggal di jiot apike atawa hikmaeh..ora usah sok paling bener apa maning maido..mbok pada seduluran mandan di jaga omongane.mbok nyleukit nang ati..sepurane bae.ora usah sok formal.biasa bae..sing akur karo sedulur
ReplyDeleteLha bener kuwe mas, wong aku be sing asli surabaya senwng nganggo bahasa ngapak, angger ketemu karo wong banyumasan nang luar daerah be aku senenge ngomong ngapak, apa maning nang luar negeri, tambah, kayonge ketemu dulur nang perantauan
DeleteWis apik kiye, inyong wong Kebumen juga ngapak.. Gombong juga ngapak.. ORA NGAPAK DIKEPLAK lan ora KOPLAK
ReplyDeletenyong kuliah nang jogja kang , pancen bener akeh sing ngenyek , pancen bener omongane sampean nek wong cilacap lewih seneng adaptasi. tapi nang nyong tetep ora tk buang ketemu dulur lanang/wadon sing ngapak ttep tak jak ngapak. kdangan ana sing sok nirok2na omongan ku...tapi ya nyong ra kesuh malah tk waraih bahasa ngapak karo ngomong kapananeh nek obama ngomong karo bahasa ngapak apa ra modar rika sing pada ngenyek......wkwkwkwkkwwkkwkw
ReplyDeletenyong kuliah nang jogja kang , pancen bener akeh sing ngenyek , pancen bener omongane sampean nek wong cilacap lewih seneng adaptasi. tapi nang nyong tetep ora tk buang ketemu dulur lanang/wadon sing ngapak ttep tak jak ngapak. kdangan ana sing sok nirok2na omongan ku...tapi ya nyong ra kesuh malah tk waraih bahasa ngapak karo ngomong kapananeh nek obama ngomong karo bahasa ngapak apa ra modar rika sing pada ngenyek......wkwkwkwkkwwkkwkw
ReplyDeleteNyong nek bisa sunda tp bahasane nyong sing ngapak ora bakal ilang
ReplyDeletePokoke ora ngapak Kayong uripe ora penak
#nGAPAK_ISTHEBESt_⁴EVER
nggone nyong nek ngomong (sampai) gue ana sing ngomong gutul ana sing ngomong butul
ReplyDeletenek nyong gutul rika² pada ngomonge apa ?
Ngger nyong 'getul' kang.
DeleteBeda sethithik. Haha
Wahh..ulasan yg menrik mas..jadi tahu asal-usul nya ..nice sharing mas...
ReplyDeleteHidup ngapak.... ora ngapak ya ora kepenak ... gari di jajal bae
ReplyDeleteHidup ngapak... ora ngapak ya ora kepenak.. gari ngonoh di jajal nrora ngugu..
ReplyDeleteNuwun sewu, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Pemalang, & Batang (pekalongan) melune Dialek Pesisir Utara kang. dadi ora bs dikatakan ngapak.. Cek lg Uhlenbeck ttg 4 Dialek Besar di Jawa.. 😊
ReplyDeleteTegal, Brebes, Cirebon, Pemalang, & Batang (Pekalongan) masuk Dialek sendiri Kang.. Dialek Pesisiran..
ReplyDeletemenurut Uhlenbeck ada 4 Dialek: Bayumasan, Pesisir Utara, Surakarta/Jogja (mbandhek), & Jawa Timuran..
nah, tiap daerah misal ada perbedaan kosakata & logat, berarti dinamakan sub-sub dialek.. Istilah ngapak itu ejekan dr orang wetanan.. Nuwun
nek wong nggombong kudu bisa ngomong "congore kaya asulah"
ReplyDeletengapak ora ngapak sing penting mangan boss..
ReplyDeleterika arep melu mangan?
Isun wong JawaTimur, pesen ojo isen nganggo boso ngapak, iku warisan hang larang regane, Yen Riko isen Riko bakal ora duwe warisan hang biso riko warisno neng keturunan iro... tetep semangat nganggo boso ngapak... yo iki asli Indonesia
ReplyDeleteIsun wong JawaTimur, pesen ojo isen nganggo boso ngapak, iku warisan hang larang regane, Yen Riko isen Riko bakal ora duwe warisan hang biso riko warisno neng keturunan iro... tetep semangat nganggo boso ngapak... yo iki asli Indonesia
ReplyDeletemantep kang Dzikri....nyong wong majenang selalu ngapak...nek ora ngapak ora kepenak.
ReplyDeleteKesuwun artikele, kena nggo nambah elmu
dialek banyumasan, bukan bahasa banyumasan. dialek itu adalah sub dari bahasa
ReplyDeletenyg wong mbatang, dialek.e akeh, bahkan sak kelurahan be yo wes rodo bedo, nk nggn nyg daerah kec limpung , dialek.e campuran.. kosa katane akeh ngapak.e tapi luweh datar, kata seng akhiran K ora pati jelas..
ReplyDeleteNuwun Sewu,
DeleteNyong Wong Wonosobo,nek Wonosobo Mlebu dialek sing endi yo,
Soale pas pertengahan boso Bayumasan, Bandhekan,pesisir karo Boso wonosobone dewe. nganti atar deso yo bosone wes seje-seje pomeneh atar kecamatan soyo seje.
Matur Nuwun sakderengipun
nuwun sewu admin,
ReplyDeletenek gon nyong Wonosobo mlebu boso jowo endi yo, soale posisine pas ketemu boso bayumasan, pesisir, bandhekan, lan boso asli wonosobo
Matur Nuwun Sakderengipun
Yakin temenan enyong ora ngelombo nek ora ngapak ora kepenak .... dadi ngapak arep dadi bahasa Internasional ngesuk taun 2050 ...
ReplyDeleteInget, aja kelalen ora ngapak ora kepenak..
Iya mbok ...
Ngapa, udu ngapak
ReplyDeleteNgapa, udu ngapak
ReplyDeleteNgapa, udu ngapak
ReplyDeleteBasane wong Bumiayu ya madan sejen setitik karo basane wong Banyumas karo wong Tegal.Ning Bumiayu ana kosakata "nawi,srog,rah,primen"
ReplyDeleteDadi Sub Dialek Bumiayu ya ndean tengah-tengaeh dialek kidul(Banyumas) karo Dialek Lor(Tegal/Brebes)trus madan mambu2 setitik basa sundane.
Aku tinggal di sulawesi dan tertarik dengan bahasa ini... Sing nyong takon kie... Ngapak kui dialek mbok?
ReplyDeleteMohon pencerahane lurrr...
Kye nyong neng wetan..ngrasakena dewek..wong ngapak grapyak2 apaadanya..hidup ngapak..
ReplyDelete