Apa itu Batu Bacan dan Asal Usul Batu Bacan

Leave a Comment

Asal Usul Batu Bacan

Dari kesekian kekayaan alam Indonesia, ada sebuah batu permata nan indah yang terkenal hampir seantero dunia. Batu bacan adalah jenis batu permata asli Indonesia. Batu yang punya varian warna biru muda serta hijau tua itu ditambang di Pulau Bacan dan Pulau Kasiruta. Batu bernama Latin Chrysoprase Chalcedony tersebut dijual dengan harga ratusan ribu sampai ratusan juta rupiah.. Dinamai batu Bacan karena berasal dari sebuah pulau di Kabupaten, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara yaitu pulau Bacan. Jika Anda ingin berkunjung langsung ke daerah asal batu Bacan, Anda dapat menempuhnya dengan menggunakan pesawat selama 4 jam dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng turun di Bandara Sultan Baabullah, Ternate. Kemudian dari Ternate, Anda melanjutkan perlajalanan menggunakan kapal cepat. Perjalanan Ternate-Pulau Bacan ditempuh selama 8 jam perjalanan laut sehingga bagi Anda yang belum pernah naik kapal sebaiknya persiapkan bekal secukupnya. Penambangan batu Bacan di Pulau Kasiruta, 2-3 jam naik speed boat dari Pulau Bacan. Penambangan batu bacan sendiri di Pulau Kasiruta tidaklah mudah karena perlu penggalian tanah hingga lebih dari 10 meter. Penambang batunya perlu mencari di tanah terdalam demi mencari urat-urat galur batu bacan. Meski lebih identik dengan warna hijau, batu bacan sebenarnya memiliki ragam warna lain seperti kuning tua, kuning muda, merah, putih bening, putih susu, coklat kemerahan, keunguan, coklat, bahkan juga beragam warna lainnya hingga 9 macam. Banyaknya penambang liar yang berasal dari luar pulau Bacan membuat penambangan batu Bacan menjadi tidak terkendali dan dikhawatirkan dapat merusak alam. Selain itu, penjualan batu Bacan dalam bentuk bongkahan dinilai justru merugikan perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan sehingga pemerintah daerah Halmahera Selatan melarang penjualan batu Bacan dalam bentuk bongkahan keluar kabupaten Halsel.

Ciri, Keunikan, dan Jenis Batu Bacan

Keindahan batu Bacan ini terletak pada warnanya yang bervariasi dari kristal hijau, biru, dan hitam senter hijau. Batu bacan merupakan 'batu hidup' karena kemampuannya berproses menjadi lebih indah secara alami ataupun cukup dengan mengenakannya setiap hari dalam bentuk cincin, kalung, ataupun kepala sabuk. Batu bacan dengan inklusi atau serat batu yang banyak secara perlahan akan berubah menjadi lebih bersih (bening) dan mengkristal dalam waktu bertahun-tahun. 
Sebagai contoh, batu bacan warna hitam secara bertahap mampu berubah menjadi hijau. Tidak cukup berproses sampai di situ, berikutnya batu ini masih bisa berubah lagi dalam proses 'pembersihan' sehingga menjadi hijau bening seperti air. Untuk mempercepat proses tersebut  biasanya pemilik batu bacan akan terus-menerus memakainya hingga berubah warnanya.

Tidak hanya mampu 'hidup' berubah warna secara alami, batu bacan juga untuk beberapa jenis dapat menyerap senyawa lain dari bahan yang melekatinya. Seperti sebutir batu bacan hijau doko yang dilekatkan dengan tali pengikat berbahan emas mampu menyerap bahan emas tersebut sehingga bagian dalam batunya muncul bintik-bintik emas.
Kemampuan batu bacan yang berubah warna secara alami dan mencerap bahan melekatinya itulah yang membuat pecinta batu mulia di luar negeri dari China, Arab, dan Eropa tercengang dan kagum terhadapnya. Selain itu, batu bacan juga memiliki tingkat kekerasan batu 7,5 skala Mohs seperti batu jamrud dan melebihi batu giok. Dengan keistimewaan dan keunggulan batu bacan itulah banyak pecinta batu mulia dari luar negeri memburunya sejak tahun 1994. Di Indonesia sendiri batu ini baru popular belakangan sejak 2005 dimana sekarang harganya sangat mahal serta kurang logis bagi orang awam.
Ada beberapa jenis batu Bacan yaitu Bacan Doko, Bacan Palamea, Bacan Cincau, Bacan Gulau, Bacan Kembang, Bacan Pancawarna, Bacan Hijau Botol, Bacan Kenari, Bacan Hati Gorango. Ciri-ciri Bacan Doko adalah mempunyai warna cenderung kehijau-hijauan dan lebih keras dibandingkan bacan Palamea. Ciri-ciri Bacan Palamea adalah mempunyai warna kebiru-biruan. Penamaan batu Bacan Doko dan Bacan Palamera ini berdasarkan asal desa ditemukannya batu Bacan yaitu Desa Doko dan Desa Palamea.

Harga Batu Bacan Termurah

Dahulu Batu Bacan nilainya tidak semahal seperti sekarang, karena pada saat itu tidak ada pembeli lokal dan pembeli luar daerah. Pada 1990-an batu ini berbentuk bongkahan (palamea) dengan berat sekitar 10 Kg dari jenis super dihargai seorang turis asal Singapura seharga Rp7 juta. Sejak itu Batu Bacan mulai dikenal di kalangan penggemar batu mancanegara, terutama warga keturunan Tionghoa yang sangat berminat pada batu jenis super warna hijau ini.
Kini Batu Bacan banyak diburu pecinta batu. Harganya juga kalah jauh dibanding batu permata jenis lainnya. Soal harga, jangan terkejut karena batu yang juga tengah diburu kolektor itu memiliki harga yang luar biasa. Harga Batu Bacan ditentukan oleh kualitas dan motif serta ukuran besar kecilnya batu.
Untuk ukuran cincin, harga batu Bacan dijual termurah dari Rp500.000 hingga Rp60 juta bahkan ada yang ratusan juta, seharga sebuah mobil mewah. Sedangkan bongkahan baru batu Bacan Doko Rp65 juta. Bongkahan batu ini dikupas lalu kita cari dagingnya. Batu ini tidak hanya untuk cincin saja, bisa dijadikan liontin, plakat, bros, dan patung.

0 comments:

Post a Comment

Budayakan komentar dengan bahasa yang sopan.