Memandang Kehidupan Dari Sudut Keillahian Dengan Tadabbur Al-Qur'an

Leave a Comment

Memandang dari Sisi Kehidupan Akhirat

Sebagai orang yang beriman, kita harus meyakini bahwa Allah SWT Maha Suci dari prasangka buruk hamba-Nya. Namun, terkadang sebagai manusia kita juga sering khilaf dalam memandang jalan kehidupan kita. Sungguh tidak layak bagi kita mendikte Tuhan yang memberikan banyak kenikmatan kepada semua makhluk-Nya. Prasangka buruk itu timbul karena kita memandangnya dari kacamata untung dan rugi secara duniawi. Selain itu, kita juga memandangnya karena kacamata keegoisan diri. Sedikit-sedikit mengeluh, “Duh hujan, nggak bawa payung lagi”, “Duh capek kerja ya, gaji nggak seberapa”, “Aduh..duh..duh…duh”. Padahal ketika kita berbaik sangka maka kita akan memahami turunnya hujan akan menjadikan bumi kembali hidup. Tanaman kembali hidup mengeluarkan tunasnya, para petani besuka ria berharap panen yang melimpah, kodok-kodok pun bernyanyi riang. Itu baru melihat dari sudut pandang makhluk lain selain kita manusia. Sebagai orang yang beriman seharusnya kita juga memandangnya dari sisi kehidupan akhirat. Keuntungan dunia belum tentu merupakan keuntungan di akhirat dan kerugian di dunia belum tentu kerugian di akhirat. Kenikmatan di dunia belum tentu kenikmatan di akhirat. Kesusahan di dunia belum tentu kesusahan di akhirat. Kesengsaraan di dunia belum tentu kesengsaraan di akhirat. Betapa banyak orang yang terlihat beruntung di dunia sebenarnya rugi di akhirat. Dan sebaliknya betapa banyak orang yang terlihat rugi di dunia sebenarnya untung di akhirat.


Ayat Al-Quran Menentramkan Jiwa

Jika saja kita mau sering membaca apa yang dikabarkan Allah SWT di dalam Al-Quran tentu prasangka-prasangka buruk itu seharusnya tidak ada dalam pikiran kita. Betapa banyak ayat-ayat Al-Quran yang sebenarnya menjadi penghibur bagi jiwa-jiwa yang gelisah dan gersang. Teringat pada sebuah kisah seorang muallaf yang masuk Islam karena merasa beban di pundak kehidupannya terasa ringan ketika membaca terjemahan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat terakhir yang artinya:
“Allah tidak membebani sesorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya………………….  (Q.S Al-Baqarah: 286)

Mungkin bagi sebagian orang akan mengira kasihan dan sedih terhadap peristiwa meninggalnya jama’ah haji di Mina. Padahal ketika kita melihat jauh sampai ke akhirat kita akan mendapatkan sebuah ayat yang artinya:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Q.S Al-Baqarah:169)

Ketika ada sebagian orang yang menjual agama dan aqidahnya demi harta, kekayaan, dan jabatan maka sesungguhnya mereka hanya menambah kerugian saja sebagaimana ayat Al-Quran yang artinya:
Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kerugian belaka. (Q.S Nuh:21)

Ketika seseorang mendapati dirinya hidup sengsara dan penuh kesulitan, Al-Quran menjadi obat penawar bagi hatinya dengan sebuah ayat yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqarah:155)

Bagi seseorang yang memiliki harta kekayaan seharusnya tidak akan khawatir terhadap harta kekayaan yang dimilikinya akan berkurang atau habis jika disedekahkan karena kita akan menemukan ayat Al-Quran yang artinya
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Q.S Al-Baqarah:245)“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S Al-Baqarah:261)
……”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS At-Taubah: 34-35)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al-Hadid:20)

Ketika hati bersih, terbuka dan sensitif terhadap kebaikan maka sedikit ayat Al-Quran tersebut akan berefek kepada kita sehingga menyadarkan betapa banyak nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kita dan kehidupan akhirat lebih kekal dari kehidupan dunia. Ya Allah ampunilah hamba dan orang-orang yang hamba sayangi. Sesungguhnya hamba telah berbuat dzalim terhadap diri hamba sendiri. Subhanaka inni kuntu minadzolimin


Tobelo, 25 September 2015

0 comments:

Post a Comment

Budayakan komentar dengan bahasa yang sopan.